GURU DAN KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR

Petrus Haryo Sabtono ncp-mdb

BelajarOrang-orang besar dilahirkan oleh guru-guru hebat. Sejarah semua tokoh besar menunjukkan bahwa mereka dibentuk oleh hasil interaksinya secara intensif dengan guru-guru mereka. Guru tersebut mengajar dengan sepenuh hati, menginspirasi, memegaruhi, dan kemudian mengubah kehidupan anak didiknya. Pengaruh para guru ini menancap kuat dalam kehidupan anak didiknya, tidak hanya saat mereka sekolah, tetapi sepanjang hidupnya.

Guru-guru ideal menjalankan tugasnya secara professional. Bagi mereka tugas mendidik adalah tugas memberdayakan. Mereka akan mendayagunakan segenap potensi dan kemampuannya untuk menggali segenap potensi anak didiknya. Banyak hal yang mungkin belum tergali saat anak didik duduk di bangku sekolah, tetapi di tangan guru professional potensi ini disemai hingga pada akhirnya tumbuh subur. Mungkin saja perkembangannya terjadi setelah anak didik menyelesaikan bangku sekolah, tetapi pemantiknya adalah para guru.

Memang tidak semua guru dapat menjalankan peran ideal. Justru, harus jujur diakui bahwa salah satu persoalan mendasar dalam system pendidikan di Indonesia adalah lemahnya kualitas guru. Padahal guru adalah kunci utama keberhasilan pembelajaran. Guru yang memiliki kualitas memadai akan mampu membangun suasana pembelajaran yang mampu memberdayakan para sisiwanya. Mereka tidak hanya sekadar mengajar untuk memenuhi tuntutan kurikulum, tetapi juga bagaimana para siswanya menggali segenap potensi dan keunikan dirinya.

Dalam pepatah Jawa, guru adalah sosok yang digugu omongane lan ditiru kelakuane, yang artinya dipercaya ucapannya dan dicontoh tindakannya, begitulah falsafah yang sering kita dengar. Menyandang profesi guru, berarti harus menjaga citra, wibawa, keteladanan, integritas, dan kredibilitasnya. Ia tidak hanya mengajar di depan kelas, tapi juga mendidik, membimbing, menuntun, dan membentuk karakter moral yang baik bagi siswa-siswinya. Program kelas tidak akan berarti bilamana tidak diwujudkan menjadi kegiatan. Untuk itu peranan guru sangat menentukan karena kedudukannya sebagai pemimpin pendidikan diantara murid-murid suatu kelas. Secara etimologi atau dalam arti sempit guru yang berkewajiban mewujudkan suatu program kelas adalah orang yang kerjanya mengajar atau memberikan pelajaran di sekolah atau kelas.

Pendidik atau guru adalah tenaga professional seperti yang diamanatkan dalam Pasal 39 ayat 2 UU Republik Indonesia No. 20/2003 tentang system Pendidikan Nasional, Pasal 2 ayat 1 UU Republik Indonesia No. 14/2005 tentang Guru dan Dosen, serta Pasal 28 ayat 1 PP Republik Indonesia No. 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

Secara lebih luas guru berarti orang yang bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang ikut bertanggung jawab dalam membantu anak-anak untuk mencapai kedewasaan masing-masing dalam berpikir dan bertindak. Guru dalam pengertian terakhir bukan sekedar orang yang berdiri di depan kelas untuk menyampaikan materi  pengetahuan tertentu, akan tetapi adalah anggota masyarakat yang harus ikut aktif dan berjiwa bebas serta kratif dalam mengarahkan perkembangan akan didik nya menuju sebuah cita-cita luhur mereka. Untuk mencampai hal tersebut diatas maka dibutuhkan ketrampilan-ketrampilan dasar seorang guru dalam mengajar.

Turney (1973) mengemukakan 8 (delapan) keterampilan dasar mengajar, yakni:

Pertama, keterampilan bertanya yang mensyaratkan guru harus menguasai teknik mengajukan pertanyaan yang cerdas, baik keterampilan bertanya dasar maupun keterampilan bertanya lanjut

Kedua, keterampilan memberi penguatan. Seorang guru perlu menguasai keterampilan memberikan penguatan karena penguatan merupakan dorongan bagi siswa untuk meningkatkan perhatian.

Ketiga, keterampilan mengadakan variasi, baik variasi dalam gaya mengajar, penggunaan media dan bahan pelajaran, dan pola interaksi dan kegiatan

Keempat, keterampilan menjelaskan yang mensyaratkan guru untuk merefleksi segala informasi sesuai dengan kehidupan sehari-hari. Setidaknya, penjelasan harus relevan dengan tujuan, materi, sesuai dengan kemampuan dan latar belakang siswa, serta diberikan pada awal, tengah, ataupun akhir pelajaran sesuai dengan keperluan.

Kelima, keterampilan membuka dan menutup pelajaran. Dalam konteks ini, guru perlu mendesain situasi yang beragam sehingga kondisi kelas menjadi dinamis.

Keenam, keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil. Hal terpenting dalam proses ini adalah mencermati aktivitas siswa dalam diskusi.

Ketujuh, keterampilan mengelola kelas, mencakupi keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal, serta pengendalian kondisi belajar yang optimal.

Kedelapan, keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan, yang mensyaratkan guru agar mengadakan pendekatan secara pribadi, mengorganisasi-kan, membimbing dan memudahkan belajar, serta merencanakan dan melaksana-kan kegiatan belajar-mengajar.

Berikut ini adalah penjelasan dari delapan keterampilan dasar mengajar:

Keterampilan Bertanya

Keterampilan bertanya merupakan keterampilan yang bersifat mendasar yang dipersyaratkan bagi penguasaan keterampilan berikutnya. Untuk dapat menguasai keterampilan memberi penguatan kita dituntut sudah menguasai keterampilan bertanya dengan kata lain kita tidak mungkin menguasai keterampilan memberi penguatan apabila kita belum menguasai keterampilan bertanya.

Ada empat alasan mengapa seorang guru perlu menguasai keterampilan bertanya, yaitu:

  1. Guru cenderung menguasai kelas dengan metode ceramah sehingga siswa tidak memiliki kesempatan untuk berbicara. Dengan dikuasainya keterampilan bertanya oleh guru, siswa dapat menjadi lebih aktif, kegiatan belajar menjadi lebih bervariasi, dan siswa dapat berfungsi sebagai sumber informasi,
  2. siswa belum terbiasa mengajukan pertanyaan. Hal ini bias diakibatkan Kebiasaan di masyarakat yang tidak membudayakan bertanya,
  3. Penerapan pendekatan cara belajar siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran menuntut keterlibatan siswa secara mental-intelektual., dan
  4. adanya anggapan bahwa pertanyaan hanya berfungsi untuk menguji pemahaman siswa.

Pertanyaan yang baik mempunyai berbagai fungsi antara lain:

  1. mendorong siswa untuk berpikir,
  2. meningkatkan keterlibatan siswa,
  3. merangsang siswa untuk mengajukan pertanyaan,
  4. mendiagnosis kelemahan siswa,
  5. memusatkan perhatian siswa pada satu masalah, dan
  6. membantu siswa mengungkapkan pendapat dengan bahasa yang baik.

Keterampilan bertanya dasar terdiri atas komponen-komponen:

  1. pengajuan pertanyaan secara jelas dan singkat,
  2. pemberian acuan,
  3. pemusatan,
  4. pemindahan giliran,
  5. penyebaran,
  6. pemberian waktu berpikir, dan
  7. pemberian tuntunan.

Keterampilan bertanya lanjut terdiri dari komponen:

  1. pengubahan tuntutan kognitif dalam menjawab pertanyaan,
  2. pengaturan urutan pertanyaan,
  3. penggunaan pertanyaan pelacak, dan
  4. peningkatan terjadinya interaksi.

Dalam menerapkan keterampilan bertanya dasar dan lanjut, guru perlu memperhatikan prinsip-prinsip berikut:

  1. Kehangatan dan keantusiasan.
  2. Menghindari kebiasaan mengulang pertanyaan sendiri, menjawab pertanyaan sendiri, mengajukan pertanyaan yang mengundang jawaban serempak, mengulangi jawaban siswa, mengajukan pertanyaan ganda, dan menunjuk siswa sebelum mengajukan pertanyaan
  3. Waktu berpikir yang diberikan untuk pertanyaan tingkat lanjut lebih banyak dari yang diberikan untuk pertanyaan tingkat dasar.
  4. Susun pertanyaan pokok dan nilai pertanyaan tersebut sesudah selesai mengajar.


Keterampilan Memberi Penguatan

Penguatan adalah respon yang diberikan oleh guru terhadap perilaku siswa yang baik, yang menyebabkan siswa tersebut terdorong untuk mengulangi atau meningkatkan perilaku yang baik tersebut.

Penguatan diberikan dengan tujuan meningkatkan motivasi siswa dalam belajar, mengontrol dan memotivasi perilaku yang negatif, menumbuhkan rasa percaya diri, serta memelihara iklim kelas yang kondusif.

Penguatan dapat dibagi menjadi penguatan verbal dan non-verbal. Penguatan verbal diberikan dalam bentuk kata-kata/kalimat pujian, sentuhan, kegiatan yang menyenangkan, serta benda atau simbol. Penguatan dapat juga diberikan dalam bentuk penguatan tak penuh, jika respon/perilaku siswa tidak sepenuhnya memenuhi harapan.

Dalam memberikan penguatan harus diperhatikan prinsip-prinsip berikut:

  1. Kehangatan dan keantusiasan
  2. Kebermaknaan
  3. Hindari respon negatif
  4. Penguatan harus bervariasi
  5. Sasaran penguatan harus jelas
  6. Penguatan harus diberikan segera setelah perilaku yang diharapkan muncul.

 

Keterampilan Mengadakan Variasi

Variasi adalah keanekaan yang membuat sesuatu tidak monoton. Variasi di dalam kegiatan pembelajaran dapat menghilangkan kebosanan, meningkatkan minat dan keingintahuan siswa, melayani gaya belajar siswa yang beragam, serta meningkatkan kadar keaktifan siswa.

Komponen keterampilan mengadakan variasi dibagi menjadi 3 kelompok sebagai berikut.

  1. Variasi dalam gaya mengajar yang meliputi variasi suara, pemusatan perhatian, kesenyapan, pergantian posisi guru, kontak pandang serta gerakan badan dan mimik.
  2. Variasi pola interaksi dan kegiatan.
  3. Variasi penggunaan alat bantu pengajaran yang meliputi alat/bahan yang dapat didengar, dilihat, dan dimanipulasi.

Dalam mengadakan variasi, guru perlu mengingat prinsip-prinsip penggunaannya yang meliputi: kesesuaian, kewajaran, kelancaran dan kesinambungan, serta perencanaan bagi alat/bahan yang memerlukan penataan khsusus.

 

Keterampilan Menjelaskan

Keterampilan menjelaskan sangat penting bagi guru karena sebagian besar percakapan guru yang mempunyai pengaruh terhadap pemahaman siswa adalah berupa penjelasan. Penguasaan keterampilan menjelaskan yang didemonstrasikan guru akan memungkinkan siswa memiliki pemahaman yang mantap tentang masalah yang dijelaskan, serta meningkatnya keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran.

Komponen keterampilan menjelaskan dibagi menjadi 2 kelompok yaitu:

  1. Merencanakan materi penjelasan yang mencakup:
  • menganalisis masalah,
  • menentukan hubungan, serta
  • menggunakan hukum, rumus, dan generalisasi yang sesuai.
  1. Menyajikan penjelasan, yang mencakup:
  • kejelasan, yaitu keterampilan yang erat kaitannya dengan penggunaan bahasa lisan,
  • penggunaan contoh dan ilustrasi, yang bisa dilakukan dengan pola induktif atau deduktif,
  • pemberian tekanan yang dapat dilakukan dengan berbagai variasi gaya mengajar, dan membuat struktur sajian, dan
  • balikan, yang bertujuan untuk mendapat informasi tentang tingkat pemahaman siswa, baik melalui pertanyaan mapun melalui tugas.

Penjelasan dapat diberikan pada awal, tengah, dan akhir pelajaran, dengan selalu memperhatikan karakteristik siswa yang diberi penjelasan serta materi/ masalah yang dijelaskan.

Semoga bermanfaat.

Referensi

N.N. Budiman, 2012. Etika Profesi Guru. Yogyakarta: Mentari Pustaka.

Suprihatiningrum, Jamil. 2013. GURU PROFESIONAL: Pedoman Kinerja, Kualifikasi & Kompetensi Guru. Yogyakarta: Ar.Ruzz Media.

Udin S. Winataputra, dkk. 2003. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka

 

Jika Anda merasa artikel ini bermanfaat silahkan copy dimana saja dan mohon kerelaannya untuk mencantumkan link berikut ini: https://abelpetrus.wordpress.com/education/guru-dan-keterampilan-dasar-mengajar/

One thought on “Guru dan Keterampilan Dasar Mengajar

Leave a comment