Ini adalah cerita setelah 15 tahun aku pergi dari rumah, bukan karena aku kabur, tapi karena mencari kehidupan dan masa depan yang lebih baik ketimbang aku tetap di rumah.
Saat SMA rasanya aku tidak mungkin untuk bisa melanjutkan kuliah di perguruan tinggi, apalagi perguruan tinggi swasta, mengingat juga kemampuan ekonomi orang tuaku yang tidak pasti.
Salah satu cara yang aku dapatkan dari nasehat kakakku adalah kuliah di perguruan tinggi negeri.
Aku berusaha untuk itu, aku minta dalam doa, kemudian impian itu terwujud. Aku lulus UMPTN Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra di Universitas Udayana Bali.
Bahagia rasanya aku bisa melanjutkan studiku walau sudah setahun terlewat hidup dalam ketidakjelasan.
Mengapa perguruan tinggi negeri? Ya, itulah tujuanku selain untuk meringankan beban orang tuaku yang masih membiayai adikku sekolah. Perguruan tinggi negeri biayanya sangat terjangkau.
Sampai di Bali aku senang sekali, tapi sempat aku mengalami homesick, aku menelpon orang tuaku minta pulang, tapi ibuku dengan keras mengatakan, “Kamu akan menyesal seumur hidupmu, jangankan sampai rumah, ketika kakimu baru kamu injakkan tanah Jawa, maka akan hilang masa depanmu!!!”
Takut sekali perasaanku saat itu, aku dengar nasehatnya dan aku lakukan apa yang ibuku minta hingga 15 tahun berlalu, akhirnya aku pun kembali ke rumah.

2016 aku kembali tidak dengan badanku sendiri, tapi aku juga membawa oleh-oleh cinta untuk orang tuaku, yaitu Istri dan Anak cantikku.

“Lamakah aku pergi
hingga tak sadar rambutku makin memutih
banyak waktuku terbuang rugi.
Lamakah aku pergi
hingga tak sadar beribu kisah ingin kubagi..”

Jika rumah adalah di mana hati berada, maka aku ingin kembali pulang ke rumah, ke dalam ranah tanah Metropolitan.
Seperti lagu “Ku Kan Pulang” yang selalu menjadi temanku di perjalanan,
akankah Jakarta tetap menjadi tempat di mana aku bisa menjelajah waktu, melintasi jalan yang ramai, dan gedung-gedung yang menjulang mencakar langit?
Seperti Mahatma Gandhi pernah berkata, “apa yang kita perbuat sekaranglah yang akan menentukan masa depan”

“…sementara waktu mengubah kita
ku kan pulang
pulang ke rumah.

bawa cerita,
indah dunia” -Dialog Dini Hari-

Abel Petrus

Jakarta, Juli 2016