Pada awal abad ke-20, Indonesia masih berada di bawah penjajahan Belanda yang memiliki kepentingan kolonial di bidang politik, ekonomi, dan sosial. Di tengah kondisi tersebut, Ki Hajar Dewantara, seorang tokoh pendidikan Indonesia, membangun perguruan Taman Siswa di Yogyakarta sebagai wujud perlawanan terhadap politik pendidikan kolonial. Taman Siswa menjadi salah satu gerakan yang memperjuangkan pendidikan yang berorientasi pada kepentingan nasional, yang pada akhirnya berperan penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Pada awal abad ke-20, sistem pendidikan yang diterapkan oleh pemerintah kolonial Belanda di Indonesia bertujuan untuk mempertahankan kekuasaan mereka dan menjaga kepentingan kolonial. Hal ini menimbulkan ketidakpuasan di kalangan masyarakat Indonesia yang ingin memiliki sistem pendidikan untuk memperkuat jati diri dan kesadaran nasional. Pada tanggal 3 Juli 1922, Ki Hajar Dewantara mendirikan Taman Siswa di Yogyakarta sebagai alternatif pendidikan yang bertujuan untuk membangun karakter, semangat nasionalisme, dan kemandirian bangsa.

Taman Siswa berkembang dengan pesat setelah didirikan. Ki Hajar Dewantara dan para pengajar di Taman Siswa menyediakan pendidikan dasar dan menengah yang memadukan antara pelajaran akademik dengan pelajaran keterampilan dan nilai-nilai kebangsaan. Hal ini bertujuan untuk mempersiapkan generasi muda Indonesia menjadi warga negara yang berkompeten, beretika, dan berdedikasi tinggi terhadap bangsa dan negara. Dalam waktu singkat, Taman Siswa berhasil menarik banyak siswa dari berbagai lapisan masyarakat.

Semangat nasionalisme sangat kental terasa di Taman Siswa. Melalui pendidikan yang diberikan, Ki Hajar Dewantara dan para pengajar Taman Siswa berhasil menanamkan rasa cinta tanah air dan semangat perjuangan dalam hati para siswa. Mereka diajarkan untuk menghargai nilai-nilai kebangsaan, seperti persatuan, gotong royong, dan keadilan. Pendidikan di Taman Siswa tidak hanya berfokus pada aspek intelektual, tetapi juga membentuk karakter dan kepribadian yang kuat untuk menghadapi masa depan.

Pada tahun 1935, Taman Siswa menjadi salah satu inisiator dan peserta dalam Kongres Pendidikan Nasional yang pertama. Kongres ini diadakan dengan tujuan menggalang persatuan di antara berbagai gerakan pendidikan nasionalis dan mencari perumusan tentang pendidikan yang bersifat nasional. Di kongres ini, gagasan-gagasan tentang pentingnya pendidikan nasional yang berakar pada nilai-nilai kebangsaan dan kebudayaan Indonesia dibahas dan diusulkan. Kongres Pendidikan Nasional 1935 menjadi tonggak penting dalam upaya memperkuat gerakan pendidikan nasional dan mengintegrasikan berbagai aliran pemikiran pendidikan di Indonesia.

Taman Siswa, yang didirikan oleh Ki Hajar Dewantara pada tahun 1922, merupakan sebuah gerakan pendidikan yang bertujuan untuk melawan politik pendidikan kolonial dan membangun semangat nasionalisme di kalangan generasi muda Indonesia. Melalui Taman Siswa, Ki Hajar Dewantara berhasil menyebarkan pendidikan yang berorientasi pada nilai-nilai kebangsaan dan mempersiapkan generasi muda yang siap menghadapi masa depan bangsa. Pada tahun 1935, Taman Siswa juga berperan penting dalam Kongres Pendidikan Nasional yang pertama, yang memperkuat persatuan gerakan pendidikan nasional dan mencari rumusan tentang pendidikan yang berlandaskan pada nilai-nilai kebangsaan Indonesia.

Referensi:
Hadi, Sutrisno. (1982). Ki Hajar Dewantara: Pendidik dan Pejuang. Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa.
Pane, Armijn. (1993). Ki Hajar Dewantara: Biografi Singkat. Jakarta: Grasindo.
Iskandar, Jamaludin. (1991). Sejarah Pendidikan Indonesia: Pendidikan Nasional dalam Bingkai Sejarah Kebudayaan dan Politik. Bandung: Angkasa.
Suparno, P., & Wahyudi, T. (2018). Taman Siswa: Gerakan Pendidikan Nasional untuk Perubahan Sosial. Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat, 1(2), 136-147.
Nugroho, M. A. (2015). Peran Taman Siswa dalam Pembentukan Karakter Bangsa Indonesia (Studi pada Taman Siswa Negeri 1 Yogyakarta). Edukasi: Jurnal Pendidikan Islam, 4(2), 152-170.

Leave a comment