Di sebuah kelas yang seharusnya penuh dengan keceriaan, terjadi perkelahian yang tak terduga antara dua teman, Udin dan Jono. Perselisihan ini dimulai oleh hal sepele yang sebenarnya bisa diselesaikan dengan baik-baik. Semua berawal ketika Udin yang iseng memegang laptop Cecep dengan bergaya seakan membuka aplikasi Whatsapp. Hal itu diketahui oleh Cecep, sehingga Cecep menangis. Awalnya, Udin berusaha meminta maaf kepada Cecep. Namun, Cecep merasa marah dan kesal, merespons dengan menangis.

Ketegangan semakin memuncak ketika keduanya mulai saling memperbesar masalah. Teman-teman sekelas berusaha untuk meredakan situasi, namun ada salah satu teman di kelas yang bernama Jono, menganggap Udin sangat semena-mena terhadap Cecep. Kemudian terjadi pertengkaran, hingga Jono pun mengeluarkan pulpen dari kantongnya, dan hampir menusukkan pulpen tersebut ke leher Udin. Saat itu, suasana kelas berubah menjadi hening. Semua mata tertuju pada mereka berdua yang saling berhadapan dengan emosi yang membara. Guru Kesenian yang mendengar keributan segera berusaha untuk menghentikan perkelahian dan mengumpulkan mereka berdua untuk mendamaikan.

Kejadian ini menjadi pelajaran berharga bagi mereka dan juga seluruh kelas. Mereka belajar bahwa perbedaan pendapat atau kesalahan kecil seharusnya tidak menghancurkan persahabatan yang telah terjalin. Udin dan Jono saling berpelukan dan diberikan tepuk tangan oleh teman sekelas. Udin dan Jono pun tersenyum. Namun, yang tidak diketahui oleh semua orang adalah bahwa di balik senyuman mereka, Udin dan Jono diam-diam telah merencanakan pertengkaran ini sebagai sebuah tindakan drama yang mereka perankan untuk menguji sejauh mana teman-teman sekelas mereka peduli satu sama lain dan apakah persahabatan mereka benar-benar kuat.

Tangerang Selatan, 23 Mei 2023