Abel Petrus

Setiap manusia selama hidup pasti mengalami perubahan-perubahan. Perubahan-perubahan yang dialami manusia bisa terjadi sangat kecil (kurang mencolok), atau sebaliknya. Ada pula perubahan-perubahan yang pengaruhnya terbatas maupun yang luas, serta ada pula perubahan-perubahan yang lambat sekali, akan tetapi ada juga yang berjalan cepat. Seseorang yang tidak memiliki kepekaan dalam menelaah susunan dan kehidupan masyarakat desa, tentunya akan berpendapat bahwa masyarakat tersebut statis, tidak maju dan tidak berubah. Pernyataan demikian didasarkan pandangan sepintas yang tentu saja kurang mendalam dan kurang teliti. Perlu diketahui bahwa sesungguhnya, “tidak ada suatu masyarakat pun yang berhenti pada satu titik tertentu sepanjang masa. (Soekanto, 1982: 301-303)

Perubahan-perubahan masyarakat dapat mengenai nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola-pola perilkau organisasi, susunan lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial, perubahan sosial-ekonomi (Sabtono, 2009: 20-31; 45-59) dan lain sebagainya.


Pengertian Perubahan Sosial Budaya

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa pengaruh yang luas di bidang sosial budaya. Perkembangan tersebut merupakan rangkaian dari perkembangan yang pernah terjadi sebelumnya. Tidak ada suatu masyarakat atau bangsa di dunia ini langsung menjadi masyarakat maju. Sejarah mencatat bahwa pada awalnya, kehidupan masyarakat dimulai dari masyarakat primitif yang kehidupannya sederhana. Pada zaman itu manusia hidup dari berburu dan mengumpulkan bahan makanan yang terdapat di alam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat misalnya adalah perubahan dalam norma-norma sosial, nilai-nilai sosial, pola perilaku, organisai sosial, susunan organisasi kemasyarakatan, interaksi sosial, peralatan-peralatan hidup, kebutuhan hidup dan lain-lain.

Masyarakat yang mengalami perubahan secara cepat disebut masyarakat dinamis, sedangkan masyarakat yang mengalami perubahan secara sangat lambat disebut masyarakat statis. Kondisi seperti ini memunculkan adanya masyarakat yang maju dan masyarakat terbelakang. Pengaruh alat-alat telekomunikasi seperti telepon, membuat kita dapat berhubungan dengan orang lain yang jaraknya ribuan bahkan puluhan ribu kilometer dalam hitungan detik. Kejadian-kejadian penting di berbagai belahan bumi dapat dilihat melalui televisi atau internet dalam waktu singkat. Hal seperti ini telah dirasakan manfaatnya oleh sebagian masyarakat Indonesia. Perubahan sosial menurut Selo Soemardjan adalah perubahan-perubahan pada lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat, yang berpengaruh terhadap nilai-nilai, sistem sosial, pola perilaku dan sikap diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat.

William F. Ogburn berusaha memberikan suatu pengertian tertentu, walau tidak memberi definisi tentang perubahan-perubahan sosial meliputi unsur-unsur kebudayaan baik material maupun immaterial, yang ditekankan adalah pengaruh besar unsur-unsur kebudayaan material terhadap unsur-unsur immaterial (William F. Ogburn dan Meyer F. Nimkoff, 1964: Bag 7).

Pengertian kebudayaan sebagaimana yang dikemukakan oleh Sir Edward Tylor ialah segala sesuatu yang berkaitan dengan pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, serta semua kemampuan dan kebiasaan manusia sebagai anggota masyarakat. Perubahan kebudayaan ada kalanya diikuti pula dengan perubahan sosial dan ada kalanya tidak diikuti dengan perubahan sosial, contoh:

  1. Perubahan Kebudayaan yang diikuti dengan perubahan sosial. Masyarakat yang pada awalnya hidup dari mengumpulkan bahan makanan seperti berburu ataupun pertanian secara tradisional (berladang) pada umumnya belum mengenal hak milik tanah. Apabila suatu ketika budaya dengan mengumpulkan bahan makanan atau pertanian dengan sistem berubah menjadi sistem pertanian bersawah, terjadilah perubahan sosial di masyarakat itu yaitu kepemililikan hak atas tanah pertanian.
  2. Perubahan Kebudayaan yang tidak diikuti dengan perubahan sosial. Perubahan model pakaian, tidak otomatis mengubah sistem sosial atau lembaga kemasyarakatan yang ada. Model pakaian dapat berganti dari satu model ke model lainnya. Akan tetapi sistem sosial di masyarakat tidak mengalami perubahan. Oleh karena itu perubahan sosial tidak dapat dipisahkan dari perubahan kebudayaan. Perubahan pada tatacara perkawinan, hak milik, kebiasaan, tatacara dalam pergaulan, dan lain-lain, selalu didahului oleh perubahan kebudayaan, contoh:
    • Perubahan sosial akibat perubahan kebudayaan.
      • Masyarakat yang sebelumnya tidak mengenal kendaraan mengalami perubahan sosial dengan telah digunakannya kendaraan sebagai alat transportasi (perubahan kebudayaan).
      • Masyarakat yang sebelumnya menganut kepercayaan animisme kemudian suatu ketika menganut agama seperti agama Islam, Kristen, Hindu dan lain-lain, akan mengalami suatu perubahan. Sebagai contoh, misalnya dalam tatacara perkawinan. Perubahan sosial budaya yang disebabkan faktor internal antara lain:
        • Penemuan-penemuan baru (discovery) dalam bidang kebudayaan, baik berupa gagasan ataupun alat yang diciptakan oleh seseorang atau sekelompok orang. Contoh:
          • Penemuan lampu pijar pada tahun 1879 oleh Thomas Alfa Edison (Amerika Serikat).
          • Penemuan mesin cetak pada tahun 1440 oleh Gutenberg (Jerman).
        • Pertambahan Jumlah Penduduk. Jumlah penduduk di setiap wilayah terus bertambah, ada yang pertambahannya berlangsung relatif cepat, dan ada pula pertambahannya lambat.
        • Revolusi atau pemberontakan. Revolusi atau pemberontakan yang dimaksud adalah pemberontakan terhadap yang berkuasa. Revolusi yang dilakukan dengan cara melakukan pemberontakan terhadap kekuatan yang berkuasa dapat menyebabkan perubahan yang cepat pada kehidupan sosial budaya masyarakat.
        • Pertentangan atau konflik. Pertentangan atau konflik di masyarakat dapat terjadi antara kelompok dengan kelompok, atau individu dengan kelompok. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya perubahan sosial budaya di masyarakat. Perubahan sosial budaya karena faktor eksternal disebabkan karena pengaruh dari luar atau pengaruh asing, misalnya pengaruh asing terhadap kehidupan sosial budaya di Indonesia.

Bentuk-bentuk Perubahan Sosial.

Perubahan-perubahan yang memerlukan waktu lama, dan rentetan-rentetan perubahan kecil yang saling mengikuti dengan lambat, dinamakan evolusi. Pada evolusi perubahan terjadi dengan sendirinya tanpa rencana atau kehendak tertentu. Perubahan tersebut terjadi karena usaha-usaha masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan pertumbuhan masyarkat (Soekanto, 1982: 311). Perubahan sosial merupakan bagian dari kehidupan manusia karena manusia memiliki akal dan pikiran. Tidak ada satupun bangsa yang tidak mengalami perubahan. Semua bangsa atau suku bangsa pasti mengalami perubahan sosial budaya, yang berbeda adalah lamanya terjadi perubahan itu, contoh:

  1. Pada masa tahun sembilan puluhan, penggunaan handphone (HP) masih sangat langka, terbatas pada orang-orang tertentu di kota besar. Akan tetapi sekarang pengguna HP sudah hampir merakyat. Anda sebagai siswapun telah banyak yang menggunakan HP, bahkan jangkauannya telah berpengaruh juga terhadap perubahan sosial.
  2. Sebelum tahun dua ribuan, pengguna internet masih terbatas pada orang-orang tertentu saja. Saat ini penggunaan internet sangat luas, bahkan ada sekolah-sekolah yang memasang internet sebagai sarana atau media belajar. Berdasarkan bentuknya, perubahan sosial dapat kita golongkan sebagai berikut:
    • Perubahan secara lambat dan perubahan secara cepat.
      • Perubahan secara lambat. Perubahan sosial secara lambat disebut juga dengan perubahan sosial budaya secara evolusi. Evolusi artinya perubahan dengan lambat. Hal ini terjadi pada masyarakat terbelakang, berlangsung dengan sendirinya dan tanpa rencana tertentu, serta perubahan itu terjadi karena usaha-usaha dari masyarakat untuk melakukan penyesuaian diri dengan keadaan, keperluan, atau kondisi-kondisi baru yang timbul sebagai akibat pertumbuhan masyarakat.
      • Perubahan secara cepat. Perubahan secara cepat disebut revolusi. Revolusi artinya perubahan dengan cepat. Syarat-syarat terjadinya revolusi antara lain: Adanya keinginan dari masyarakat umum untuk melakukan perubahan. Munculnya seorang pemimpin atau sekelompok orang yang dianggap mampu memimpin dan membawa masyarakat ke arah keadaan yang lebih baik. Harus ada momentum atau saat yang tepat untuk melakukan revolusi. Orang yang muncul sebagai pemimpin revolusi harus dapat menampung keinginan-keinginan masyarakat yang merasa tidak puas.
    • Perubahan sosial yang pengaruhnya kecil dan perubahan yang pengaruhnya besar.
      • Perubahan sosial yang pengaruhnya kecil Perubahan yang pengaruhnya kecil adalah perubahan yang terjadi pada unsur-unsur struktur sosial akan tetapi tidak membawa pengaruh yang berarti pada masyarakat.
      • Perubahan sosial yang berpengaruh besar Perubahan yang berpengaruh besar adalah perubahan yang terjadi pada struktur sosial yang membawa pengaruh langsung atau pengaruh yang berarti pada masyarakat.
    • Perubahan sosial yang direncanakan dan yang tidak direncanakan.
      • Perubahan sosial yang direncanakan Perubahan sosial yang direncanakan disebut juga perubahan sosial yang dikehendaki yaitu perubahan yang telah direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang hendak mengadakan perubahan dalam masyarakat.
      • Perubahan sosial yang tidak direncanakan Perubahan sosial yang tidak di rencanakan atau tidak dikehendaki yaitu perubahan-perubahan sosial yang timbul tanpa direncanakan atau dikehendaki serta berlangsung diluar jangkauan pengawasan masyarakat.

Faktor Pendorong dan Penghambat Perubahan Sosial Budaya

Proses perubahan sosial budaya sebagaimana yang telah diuraikan memiliki faktor pendorong atau faktor penghambat yang menyebabkan terjadinya perubahan tersebut.

  1. Faktor Pendorong Perubahan Sosial Budaya
    • Kemajuan dalam sistem pendidikan formal. Pendidikan formal adalah pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, menengah dan pendidikan tinggi.
    • Kontak dengan kebudayaan lain. Kontak dengan kebudayaan lain melalui proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari satu kelompok masyarakat ke masyarakat lain atau disebut dengan difusi. Akibat dari difusi antara lain: penduduk menjadi heterogen; rasa tidak puas terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu; keinginan manusia untuk memperbaiki hidupnya; mengenal teknologi pertanian; penggunaan uang dalam perdagangan; dan Xenosentrisme (suatu sifat atau pandangan yang lebih menyukai hal-hal berbau asing).
  2. Faktor-faktor Penghambat Terjadinya Perubahan Sosial Budaya
    • Masyarakat yang sifatnya masih sangat tradisional. Masyarakat mereka merupakan masyarakat terasing dari dunia luar. Peran pemuka-pemuka masyarakat amat besar pengaruhnya terhadap perilaku kehidupan mereka. Suku Baduy di daerah ini dapat dibedakan antara Suku Baduy Dalam dan Suku Baduy Luar. Yang paling tradisional adalah Suku Baduy Dalam.
    • Kontak dengan masyarakat lain sangat kurang. Hal ini terjadi pada masyarakat yang tinggal di daerah yang sangat terpencil sehingga hubungan dengan dunia luar sangat kurang.
    • Perkembangan ilmu pengetahuan yang lambat. Ilmu pengetahuan yang terlambat berkembang di suatu lingkungan masyarakat merupakan suatu hambatan dalam terjadinya perubahan sosial budaya. Lambatnya perkembangan ilmu pengetahuan pada suatu masyarakat dapat disebabkan beberapa faktor antara lain: kehidupan masyarakatnya yang terasing atau terpencil sehingga sulit untuk mengembangkan ilmu pengetahuan ke tempat mereka; masyarakat yang tertutup sehingga tidak mau menerima masukan ilmu pengetahuan ke tempat mereka; dan terlalu lama dijajah oleh bangsa lain sehingga ilmu pengetahuan yang diterima masyarakat sangat terbatas.
    • Sifat etnosentrisme yang berlebihan Entosentrisme adalah sifat suatu kelompok masyarakat yang menganggap kebudayaan kelompoknya yang paling baik.

Tipe-tipe Masyarakat dalam Menyikapi Perubahan

Salah satu faktor yang penting sebagai pendorong perubahan adalah adanya kontak dengan kebudayaan lain ataupun pengaruh dari faktor-faktor luar di faktor lainnya. Ada 2 tipe masyarakat dalam menyikapi perubahan, yaitu:

  1. Masyarakat terbuka. Menerima perubahan dengan melakukan penyesuaian dengan budaya-budaya yang telah ada. Modern yaitu sikap dan cara berfikir serta bertindak sesuai dengan tuntutan zaman, sedangkan prosesnya disebut modernisasi. Ciri-ciri masyarakat modern:
    • Sikap hidup yang dapat menerima hal-hal baru dan terbuka untuk perubahan.
    • Mempunyai keberanian untuk mengemukakan pendapat tentang sejumlah persoalan yang ada. Lebih mengutamakan masa kini dan masa yang akan datang.
    • Memiliki perencanaan dan pengorganisasian.
    • Keyakinan pada ilmu pengetahuan dan teknologi.
    • Memiliki kepercayaan diri dan segala sesuatu dilaksanakan dengan penuh perhitungan. Menghargai harkat hidup orang lain.
    • Memiliki sikap keadilan dan pemerataan.
  2. Masyarakat tertutup. Masyarakat tertentu atau masyarakat statis sulit menerima perubahan. Mereka bersifat bahwa perubahan akan menyebabkan hilangnya keaslian budayanya. Mereka cenderung menutup diri dari perubahan.

Perilaku Masyarakat sebagai Akibat Adanya Perubahan Sosial Budaya

Kemajuan di bidang teknologi dan informasi yang begitu cepat telah menyebabkan kita memasuki era globalisasi, yaitu dunia dan masyarakatnya telah menjadi satu tanpa adanya halangan dan hambatan pemisah antara satu dengan yang lain. Hal ini sangat berpengaruh besar terhadap perubahan sosial budaya di Indonesia.

Mengembangkan Sikap Kritis terhadap Perubahan Sosial Budaya.

Pengaruh luar yang masuk tidak mungkin dibendung secara keseluruhan, tetapi perlu disikapi dengan kritis untuk melihat mana yang baik dan mana yang tidak baik. Tidak semua pengaruh luar yang masuk ke Indonesia bersifat buruk.

Untuk membantu pelajar mengembangkan sikap kritis terhadap Perubahan Sosial Budaya, berikut adalah contoh kegiatan yang dapat dilakukan:

  1. Diskusi Kelompok. Diskusi untuk membagikan pandangan tentang perubahan sosial budaya yang terjadi di masyarakat sekitar. Mengidentifikasi perubahan apa saja yang dilihat dan mencoba menggali lebih dalam dampak dan akar masalah dari perubahan tersebut.
  2. Analisis Berita. Menganalisis berita terkini tentang perubahan sosial budaya di media masa (cetak/online). Mengidentifikasi perspektif yang muncul dalam berita, mengevaluasi pengaruh perubahan tersebut, dan mempertanyakan informasi yang disajikan.
  3. Penelitian Lapangan. Melakukan penelitian lapangan dan mewawancarai orang-orang di lingkungan sekitar tentang perubahan sosial budaya yang terjadi. Dengan melakukan hal ini, maka pelajar akan memperoleh wawasan langsung dari masyarakat dan mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang dampak perubahan tersebut.
  4. Debat. Debat di kelas di mana pelajar dapat berperan sebagai pendukung atau penentang terhadap perubahan tertentu dalam masyarakat. Ini akan membantu pelajar untuk melihat berbagai sudut pandang dan memperkuat kemampuan mereka dalam menyusun argumen yang kritis.
  5. Proyek Penelitian. Memberikan proyek penelitian kepada siswa di mana mereka diminta untuk mengidentifikasi suatu aspek perubahan sosial budaya yang menarik bagi mereka dan melakukan penelitian mendalam tentang topik tersebut. Proyek ini dapat mencakup analisis statistik, wawancara, dan observasi lapangan.

Melalui berbagai kegiatan tersebut, pelajar akan dapat mengembangkan kemampuan untuk memandang perubahan sosial budaya secara kritis, serta menganalisis, mempertanyakan, dan memahami perubahan yang terjadi di sekitar mereka. Hal ini akan membantu mereka menjadi pelajar yang terampil dalam menyikapi kompleksitas perubahan sosial budaya.


Daftar Pustaka

“Aplikasi Pendidikan SMP, Mata Pelajaran Sosiologi 7”, di produksi oleh: PT. Kharisma Nusantara Teknologi.

Narwoko, Dwi J., dan Bagong Suyanto (Ed.), Sosiologi: Teks Pengantar dan Terapan. Edisi Kedua. Jakarta: Kencana, 2006.

Ogburn, William F., dan Meyer F. Nimkoff, Sociology, Edisi ke-4. A. Feffer dan Simons International University Edition, 1964).

Sabtono, Petrus Haryo, “Proyeksi Pembangunan Ekonomi di Kuta Utara (1950-2004): Analisis Ekonomi kebudayaan”, dalam Persepsi Bali dalam Kolonialisme. Denpasar: mSolin Press, 2009.

______________, “Transformasi Budaya Bangsa Eropa: Abad Pertengahan hingga Abad Modern”, dalam Persepsi Bali dalam Kolonialisme. Denpasar: mSolin Press, 2009.

Soekanto, Soerjono, Sosiologi: Suatu Pengantar, Jakarta: PT. RajaGrafindo, 1982.