Abel Petrus

Sebuah Refleksi yang kusebut Refleksi Caka

Dalam keheningan malam yang hanya diterangi cahaya rembulan, Arjuna duduk di teras belakang rumahnya, memandang langit yang bertaburkan bintang. Sambil menyesap kopi hangat, pikirannya melayang jauh ke masa lalu, ke sebuah perjalanan cinta yang penuh liku, di mana iman dan cinta beradu, berusaha menemukan titik temunya.

Arjuna, seorang pemuda Katolik, jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Kadek, seorang wanita Bali yang beragama Hindu. Cinta yang tumbuh di antara mereka adalah bukti nyata bahwa hati tidak mengenal batas agama. Namun, ketika Arjuna mengambil langkah berani dengan melamar Kadek di depan orangtuanya, ia ditolak mentah-mentah karena perbedaan iman.

Patah hati, Arjuna memilih untuk pergi, meninggalkan Kadek dan memulai hidup baru, mencoba menemukan makna dari semua ini. Tahun-tahun berlalu, dan dia bertemu dengan wanita Bali lainnya, Ayu. Sejarah seolah ingin mengulang dirinya ketika setelah tiga tahun berpacaran, lamaran Arjuna ditolak lagi karena alasan yang sama: perbedaan iman.

Namun, kali ini, Arjuna tidak menyerah. Dia dan Ayu memutuskan untuk tetap bersama, menjalani hubungan secara diam-diam, tersembunyi dari mata orang tua Ayu. Empat tahun berlalu, dan dengan keyakinan serta keberanian yang lebih besar, Arjuna kembali melamar Ayu, kali ini dengan argumentasi bahwa mereka sudah cukup dewasa untuk membuat keputusan mereka sendiri.

Orang tua Ayu, meski dengan berat hati, akhirnya menyetujui pernikahan mereka dengan satu syarat: mereka harus menikah secara Hindu. Arjuna, yang cintanya telah mengajarkannya tentang kebesaran dan pengorbanan, menerima syarat tersebut. Mereka menikah dalam upacara Hindu yang khidmat, membuktikan bahwa cinta bisa menemukan jalan, meski harus melewati rintangan iman.

Setahun kemudian, mereka juga merayakan pernikahan mereka dalam upacara Katolik, sebagai pemberkatan dan pengakuan atas kepercayaan Arjuna, meskipun bukan sebagai sakramen.

Arjuna tersenyum, mengenang perjalanan cinta yang telah mereka lalui. Baginya, cinta telah mengajarkan bahwa keimanan bukan tentang memisahkan, melainkan tentang mempersatukan. Dalam diam, ia berterima kasih kepada cinta yang telah mengajarkannya arti keimanan sejati.


Cerita Arjuna dan Ayu adalah sebuah perjalanan yang mengajarkan bahwa di balik setiap perbedaan, ada sebuah jembatan yang bisa menghubungkan hati. Di teras belakang rumahnya, di bawah sinar rembulan dan bintang, Arjuna merenungkan bahwa keimanan yang sesungguhnya adalah ketika cinta menjadi jalan utama dalam menjalani hidup.

Ruang Sempit Imajinasi, 11 Maret 2024