KERAJAAN KUTAI

Petrus Haryo Sabtono

Berdasarkan data arkeologis diketahui bahwa kerajaan bercorak Hindu tertua di Indonesia adalah Kerajaan Kutai yang letaknya di sekitar Sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Berikut ini adalah petak letak Kerajaan Kutai di Pulau Kalimantan, Indonesia:

Sumber sejarah yang menunjukkan adanya Kerajaan Kutai adalah prasasti berbentuk Yupa (tugu peringatan upacara kurban) yang dibuat pada abad ke-5 M dengan huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta.

Ada sejumlah informasi yang dapat diketahui dari prasasti-prasasti Kutai itu, antara lain sebagai berikut: Raja pertama yang memerintah Kutai bernama Kudungga. Nama itu jelas bukan nama Hindu, melainkan nama Indonesia asli. Raja Kudungga memiliki putera bernama Aswawarman yang disebut sebagai Vansakarta (pembentuk keluarga/dinasti) di sebuah prasasti. Pengertian Vansakarta dalam prasasti tersebut adalah raja-raja India yang memakai nama Sanskerta.

Raja Aswawarman mempunyai tiga orang putera, yang terkenal di antaranya adalah Sang Mulawarman. Raja Mulawarman disebutkan sebagai seorang raja besar yang sangat mulia dan baik budinya. Menurut Prasasti Kutai, raja-raja yang memerintah Kerajaan Kutai menganut agama Hindu. Prasasti Kutai didirikan atas perintah Raja Mulawarman sebagai tanda peringatan bahwa ia telah memberikan kurban dan hadiah untuk kemakmuran rakyat Kutai.

Berikut ini informasi yang termuat dalam Prasasti Kutai:

Pengaruh tradisi Hindu di Kerajaan Kutai sangat besar. Beberapa diantaranya adalah pembagian masyarakat berdasarkan sistem kasta, yaitu Brahmana, Ksatria, Waisya, Sudra, dan Paria serta penggunaan bahasa Sanskerta sebagai bahasa pengantar keagamaan.

A. Kehidupan Keagamaan

Adapun agama yang banyak dianut oleh rakyat Kutai adalah Hindu-Syiwa. Hal tersebut ditunjukkan oleh prasasti yang menyebutkan adanya suatu tempat dalam tanah suci, yaitu Waprakeswara. Istilah tersebut di Pulau Jawa sering disebut Bapakeswara yang selalu berhubungan dengan tiga dewa utama, yaitu Brahmana, Wisnu, dan Syiwa. Hal tersebut menunjukkan bahwa raja-raja dan rakyat di Kerajaan Kutai menganut agama Hindu-Syiwa. Perhatian masyarakat Kutai terhadap agamanya tampak pada pendirian prasasti yang jumlahnya cukup banyak dan adanya tradisi upcara adat Erau Besar yang masih berlangsung sampai sekarang.

B. Kehidupan Politik Pemerintahan

Kerajaan Kutai didirikan oleh Kudungga yang merupakan kepala suku pribumi setempat. Kudungga sebagai raja pertama berhasil mengembangkan kekuasaannya hingga menjadi suatu kerajaan bercorak Hindu. Kudungga telah mengubah sistem pemerintahan Kutai dari sistem pemerintahan kepala suku menjadi sistem pemerintahan kerajaan yang bersifat turun-temurun.

Selain Kudungga, raja Kutai yang cukup terkenal adalah Aswawarman yang dianggap sebagai titisan Dewa Matahari Ansuman. Aswawarman adalah putra Kudungga dan merupakan pendiri dinasti Kerajaan Kutai atau wangsakerta.

C. Kehidupan Sosial Ekonomi

Prasasti-prasasti peninggalan Kerajaan Kutai menunjukkan bahwa masyarakat Kutai telah terpengaruh oleh peradaban India, terutama kalangan keluarga kerajaan. Pada dasarnya, sebagian masyarakat Kutai menerima unsur budaya yang datang dari India. Meskipun begitu, sebagian besar rakyat Kutai masih berpegang kepada kepercayaan warisan leluhurnya. Unsur-unsur budaya India yang masuk tersebut disesuaikan dengan tradisi bangsa Indonesia sendiri. Masyarakat Kerajaan Kutai diketahui telah hidup dengan tertib dan teratur. Hubungan antarkasta dalam masyarakatnya berlangsung baik. Kaum brahmana memiliki kedudukan yang terhormat karena bertugas sebagai pemimpin dalam upacara penghinduan vratyastoma (penyucian diri).

Melihat letak geografis Kerajaan Kutai ada di jalur perdagangan dan pelayaran antara barat dan timur, aktivitas perdagangan menjadi matapencaharian utama. Disamping itu, pada masa pemerintahan Mulawarman terjalin hubungan yang baik antara pemerintahan dan kaum brahmana yang ditandai dengan diberikannya sedekah 20.000 ekor sapi. Hal ini menjadi bukti bahwa masyarakat Kutai saat itu juga bermatapencaharian sebagai peternak.

D. Kehidupan Budaya

Prasasti berbentuk Yupa merupakan ciri khas peninggalan kebudayaan Kerajaan Kutai. Penggunaan huruf Pallawa menunjukkan adanya pengaruh India Selatan dalam penulisan pada prasasti berbentuk Yupa tersebut. Perlu diingat bahwa yupa merupakan bentuk kelanjutan dari kebudayaan asli nenek moyang bangsa Indonesia zaman Megalitikum. Yupa merupakan perkembangan dari bentuk menhir yang berfungsi sebagai tempat untuk memuja roh nenek moyang. Yupa diperkirakan sebagai tempat untuk mengikat korban yang akan dipersembahkan kepada para dewa.

DAFTAR PUSTAKA

“Kerajaan Hindu Budha”, dalam https://www.slideshare.net/SresthaAnindyanari/ppt-kerajaan-hindu-budha, Download: 4 Juni 2018.

“Sejarah Kutai”, dalam https://www.slideshare.net/DewiYaniSuganda/sejarah-kutai-55528910, Download: 1 Juni 2018.

Agung, Leo dam Dwi Ari Listiyani, 2009. MANDIRI SEJARAH SMA Kelas XI Program Ilmu Alam. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Rachmawati, Hesti Dwi, 2016. MANDIRI Sejarah Indonesia Jilid I: Untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Jika Anda merasa artikel ini bermanfaat silahkan copy dimana saja dan mohon kerelaannya untuk mencantumkan link berikut ini: https://abelpetrus.wordpress.com/history/sejarah-hindu-buddha/kerajaan-kutai/